Tadi malam di ruang guru LIA Pasar Minggu, saya baru tahu bahwa Kopiko bukan hanya 'gantinya ngopi' tapi sudah mengejawantah menjadi kopi itu sendiri. Di saat istirahat mengajar, rekan guru bernama Nurhatmawati sekonyong-konyong menawari saya satu sachet Kopiko brown coffee. Saya baru dengar istilah brown coffee, ternyata itu hanya kopi dicampur gula merah. Ah, itu sih saya sudah sering minum.
Bukan sulap bukan sihir, setelah saya seduh dan seruput ternyata rasanya endos gandos. Tidak kalah dengan kopi di kedai-kedai mahal. Creamy-legit gimanaaa gitu. Cobalah dan rasakan.
(Tulisan ini dibuat tanpa tekanan atau perintah dari pihak manapun.)
Bukan sulap bukan sihir, setelah saya seduh dan seruput ternyata rasanya endos gandos. Tidak kalah dengan kopi di kedai-kedai mahal. Creamy-legit gimanaaa gitu. Cobalah dan rasakan.
(Tulisan ini dibuat tanpa tekanan atau perintah dari pihak manapun.)
hi, ketemu lagi nih ama ratje. dah lama.... hari terakhir kita ketemu itu berlalu...dah lama sekali...hehehe, gak taunya, punya blog juga....[dariku damas, facebooknya dumas mcdamas, nickname, marcus] he he he...
BalasHapusYa mas Said,Awalnya memang orang merasa biasa2 saja.namun setelah minum Kopiko Brown Coffee nya memang enaka sekali rasanya,wanginya juga mantap.palagi kalo sudah diseruput.
BalasHapusBIKIN MELEK MENJADI MEREM MELEK..
Cobain deh rasanya ya...
Namanya juga dari Kopiko, nomor satu di Indonesia juga nomor satu di dunia... pasti Oke lah!
BalasHapusKopiko, kopinya memang beda!