Senin, 06 Juli 2015

Bahasa Ngapak di atas Pentas


     Bahasa atau dialek menunjukkan identitas bangsa atau suku. Kenyataan bahwa penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda semakin jarang, membuat saya berbahagia melihat anak-anak muda yang aktif berbahasa/dialek daerah di panggung stand up komedi.
     Bahasa Ngapak (dialek Banyumasan) digunakan di wilayah barat Jawa Tengah. Berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya, dalam bahasa ngapak akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o', misalnya: kata lungo (pergi) dilafalkan lunga. Bunyi 'k' di akhir dibaca penuh dan kuat. Orang Jawa pada umumnya melafalkan kata enak dengan ena', sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf 'k' yang sangat jelas.
     Walaupun nenek saya berdarah Kebumen, saya tidak belum bisa berbicara berbahasa Ngapak. Kenyataan bahwa penutur asli bahasa Banyumasan (Satria) cenderung mengalah bila berbincang dengan penutur bahasa wetanan (Satrio) karena tidak ingin dipandang rendah atau kasar, adalah hal yang menyedihkan. Seharusnya orang-orang Ngapak merasa bangga dengan bahasanya.
     Saya sangat bangga melihat penampilan komika-komika Ngapak: Oga dari Kebumen. Wira dari Banjarnegara, dan Ipul dari Tegal. Menurut saya, selain menjalankan tugas untuk memancing tawa--entah disadari atau tidak--mereka telah menyampaikan pesan budaya terselubung: pelestarian bahasa Ngapak. Semoga setelah ini teks-teks Banyumasan juga semakin banyak ditulis dan ditampilkan orang, agar dapat mewakili budaya dan semangat wong penginyongan.



2 komentar:

  1. video nya sangat kren gan..btu jga dengan artikelnya..sangat menarik dan sangat bermanfaat...
    makasi atas infonya gan..

    BalasHapus