Marlina Iryatie Altaf, seorang sahabat baru
yang kehadirannya memberi kesejukan, harapan dan pencerahan...
Kehidupan memang berjalan tanpa kita tahu ke mana arahnya. Kita hanya perlu menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Ikuti saja alirannya, sementara kita tak perlu tahu di mana muaranya. Semua merupakan garisan kodrat.
Ada kalanya, sesuatu tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Ada kalanya sesuatu tidak seperti yang kita rencanakan. Sedih, kecewa, marah, menjadi bagian dalam sandiwara kehidupan. Pahit dan getir datang tanpa diundang.
”Life is a journey, not a destination” demikian kata Aerosmith dalam lagunya “Amazing”. Hidup bukan tujuan. Karena tujuan hidup, sejatinya adalah mati. Dan kehidupan adalah ladang untuk mempersiapkan kematian. DR. Aidh Al-Qarni dalam bukunya "Cambuk Hati" berkata bahwa, “Dunia adalah jembatan akhirat. Oleh karena itu, seberangilah ia dan janganlah kita menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan”.
Namun, hidup adalah juga proses belajar yang tak pernah berhenti. Ada perputaran siklus di situ. Kita lahir, tumbuh, berkembang, dewasa, matang dan tua. Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak tahu menjadi tahu. Kita belajar untuk memahami makna kehidupan ini. Mengapa kita dilahirkan, untuk apa, dan bagaimana menjalaninya, karena manusia diciptakan sudah dalam sebaik-baik bentuk. Punya mata, telinga dan hati untuk dapat berdiri di atas kedua kaki sendiri. Walaupun kita sesungguhnya tidak sendiri, tidak pernah sendiri.
Hidup bisa merupakan sebuah penantian panjang, hidup bisa menjadi sebuah kelelahan. But life is worth to fight. Karena hidup (di dunia) cuma sekali. Adakah bahagia yang kita cari, ataukah mimpi yang kita kejar... Apakah ambisi yang dituju, atau kebanggaan diri?
Hidup cuma sebuah fatamorgana, buat mereka yang tak berusaha. Dalam berusaha diperlukan kesederhanaan dan kerendahan hati. It doesn’t matter how hard we try, all we need is just a secure feeling. Bukan cinta, tapi perasaan aman. As simple as that. Simple to say, not to apply. Karena ada komitmen, juga konsekuensi yang mesti dijalani.
Seperti halnya roda, kehidupan punya naik, dan punya turun. Kadang di atas, kali lain di bawah. Ada ujian, ada hidayah. Ada cobaan, ada rahmat. Begitu berwarna. Begitu singkat. Berusaha, berdoa, dan bercerminlah.., demikian kata orang tua.
Peliharalah hidup, pastikan tetap di jalan yang benar. Waktu akan mendewasakan, sakit hati akan mengajarkan. Semoga tetap istiqomah dan pada saatnya nanti, khusnul khatimah.
Alhamdulillah bu..mengapa membuang waktu berlama2 bermain dijembatan.. terkadang dijembatan itu kita bisa terperok dlm jurang bila tiada pegangan... namun kita jg bisa melihat keindahan air mengalir dari jembatan...
BalasHapusmoga sampai pada ujung jembatan yg indah... dgn khusnul khatimah...
yang ada diotakku selalu ada pertanyaan..apa sih tujuan hidup kita???...aku gak pernah nemuin jawaban yang pas banget....anyway, tulisan ini bagus banget
BalasHapusHalo Ratih. Ngomong2 soal kehidupan, abah mah suka inget akan tulisan Kahlil Gibran yang gak pernah abah baca tuh. "Garis hidup itu ibarat anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Kemana dia akan mengarah kan sudah ditata oleh sang tangan. Tetapi alam bisa aja akan bicara lain." Tapi itu juga katanya lho. Klo abah mah, lebih percaya, "Dalam hidup itu apa2nya kan dah ada waktu2NYA."
BalasHapusApa sih tujuan hidup? Setelah bertahun mamanggul panakol bedug, abah mah sreg pisan sama,"hiduplah mulia, mati masuk syurga dan ihwal segala sesuatunya harap sederhana kan sahaja. Tapi jaga shalat" Kan klo gak shalat gimana mau masuk Syurga atuh. Memangnya kebo.
BalasHapusHai jeung Ratih...
BalasHapusaku baru buka lagi blog-nya..., Thanks udah posting tulisanku "Sekelumit Tentang Kehidupan" ya.., and nice to hear coments from your friends..
Jzk khair,
Miryatie Altaf
*(marliyanada.blogspot, perfectlymatch.multiply)