Setiap kali ngelewatin gedung Trans (Trans TV-Trans7-Bank Mega) ada tiga adegan yang berputar kembali di proyektor memori gue:
1. AUDISI EXTRAVAGANZA
Malu juga kalo inget adegan satu ini. Kejadiannya udah beberapa taon yang lalu, tapi terlalu ajaib untuk dilupakan. Dua hari berturut-turut gue absen ngajar dan digantikan oleh
substitute teachers, sampe di sana berdesakan di lobi Trans TV dengan orang-orang yang menggantung mimpi lebih tinggi dari tiang jemuran. Mmm... sebetulnya gw gak ngimpi jadi seleb. Enakan juga jadi guru. Terus ngapain gue di sana? Gini... setelah mengirimkan beberapa ide untuk Extravaganza dan tak ada sahutan, gw memutuskan untuk kenalan aja dulu sama tim kreatif-nya. Caranya? Ya dengan ikut audisi jadi pemain. Nanti kan lama-lama bisa ikutan nulis.
Well...
I know it's kinda crazy but... that's what happened. Hari pertama audisi di kelompok kecil. Gue lolos. Trus disuruh dateng lagi keesokan harinya. Audisi sendiri, disuruh perkenalin diri dengan cara yang gak biasa. Oke. Jadi tukang sihir. Oke. Tukang Jamu. Oke. Trus disuruh
nembang /
nyinden. Mampus! Tiba-tiba lupa aja gitu semua. Nge-
blank. Padahal kan gak perlu bawain
Mocopat juga kaleeee... apa kek...
Kodok Ngorek kek,
Ilir-Ilir kek...
Rondo Kenthir kek...?!!! Toh mereka juga bukan orang Jawa. Dodol!
2. PRESENTASI KE
Executive Producer Yang ini juga seru. Sesudah ikutan
scriptwriting workshop gw dkk memberanikan diri ngajuin konsep sitkom sama program anak ke Trans TV. Pertemuan pertama berlangsung mulus. Sang produser bersedia menerima kedatangan kami, mendengarkan presentasi kami dengan penuh perhatian, membaca konsep acara dan skenario episode pertama yang kami bawa, lalu bertanya ini-itu-dan-anu sambil manggut-manggut, (seolah-olah) terkesan dengan konsep kami. Dan kami pun ge-er. Pertemuan kedua adalah menghabiskan waktu sia-sia. Seharian kami menunggu, hingga senja lewat. Perut keroncongan. Kepala pusing. Untungnya kantin di sana menawarkan aneka hidangan lezat dengan harga terjangkau. Fiuhhhh... PERHATIAN UNTUK REKAN PENULIS PEMULA: jangan terburu-buru mengambil kesimpulan dari ekspresi pertama dari produser/penerbit ketika kita menawarkan karya. Karena hal itu bisa jadi tidak berarti apa-apa. Yang manggut-manggut belum tentu suka, dan yang mukanya cemberut belum tentu gak suka. Maka teruslah menulis, tak peduli berapa kali orang (seolah-olah) menampik karya Anda.
3. AMBIL HONOR
Bukan sulap, bukan sihir... honor yang gw ambil gak berhubungan sama sekali dengan extravaganza atau skenario. Ini betul-betul kejutan manis dari Allah. Sekonyong-konyong gw ditelepon Bank Mega Syariah, dan mereka minta gw nerjemahin annual report. Bukan sulap, bukan sihir... honor yang mereka beri JUSTRU lebih tinggi dari yang gue ajukan. Gila nggak? Selesai mengerjakan proyek yang satu ini, pihak Bank menelepon menanyakan nomor rekening. Tanpa berpikir gw langsung bilang, "Gak usah ditransfer deh. Aku buka rekening di sana aja. Sekalian mau jajan di kantinnya. Bakwan di sana enak sekali." Lalu tawa renyah terdengar. Keesokan harinya gue ke sana, buka rekening, dan dapet hadiah payung. Lengkap sudah kebahagiaanku (for your information, gw ini penggila payung). Jadi, siapa berani menampik kekuasaan Tuhan? Siapa? Kalau Dia sudah berkehendak, apapun bisa terjadi pada kita. Apapun. In a split second.