indonesianfolktales.com |
Saya senang sekali ketika saya diminta menerjemahkan naskah saat sedang dalam penantian. Rupanya website ini akan disajikan dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Saya sangat bersemangat karena ini artinya, jika seandainya naskah saya tak lolos audisi, saya tetap akan punya ruang untuk ikut berkontribusi. Alhamdulillah naskah yang saya kirim diterima. Setelah menerima versi revisi dari Editor, saya mulai menerjemahkan naskah saya sendiri, dengan harapan bisa nyolong start sedikit demi sedikit.
Selanjutnya berhimpunlah para admin Sunday English Fever di grup Forum Penulis Bacaan Anak yaitu Agnes Bemoe, Krismariana Widyaningsih, Maharani Aulia, Selviya Hanna, Rini Lasman, Erna Fitrini dan saya di grup tertutup. Lalu kami membagi tugas, disesuaikan dengan kesanggupan masing-masing. Berhubung kami semua punya tenggat dan keterbatasan masing-masing, setelah dipikir-pikir dan dirasakan, ternyata kami perlu bala bantuan dalam penerjemahan. Maka kami pun buka lowongan audisi penerjemah di grup Forum Penulis Bacaan Anak dan berhasil menjaring downline *halah* yaitu Sari Nursita, Diah Dwi Arti, dan Dameria Damayanti. Tantangan berikutnya timbul. Siapa yang bisa memeriksa hasil terjemahan kami nanti? Akhirnya kami sepakat untuk saling memeriksa naskah cerita yang telah diterjemahkan.
Man proposes, God disposes. Di bulan Februari 2015, Kantor menyuruh saya menggarap sebuah pertunjukan dalam bahasa Inggris tentang sejarah bahasa Indonesia yang akan dipentaskan di Hyatt Regency Yogyakarta di malam budaya pembukaan konferensi internasional. Sungguh, ini tugas tambahan yang membuat gundah gulana... Jangan salah, bukan saya tak cinta sastra Indonesia. Masalahnya banyaaak sekali yang harus saya persiapkan mulai dari menulis dan merevisi skenario, menyiapkan lagu, aransemen musik, membuat koreo, mencari pengisi suara, rekaman, membagi tugas pemain dan kru, merancang properti, tata letak panggung, endebre-endebre. Dan itu artinya, waktu dan perhatian saya mau tak mau tercurah ke sana. Padahal di kantor, departemen kami sedang bersiap menggulirkan tiga program baru. Itu artinya akan ada tiga seri yang sedang digodok silabusnya dan konsep bukunya. Urusan pekerjaan rutin di kantor perlahan tapi pasti mulai terpinggirkan, apalagi soal web Indonesian Folktales.
adegan penutup The Magic of G-12 |
Lalu apa kabar penerjemahan website cerita rakyat? Saya mengalami mabuk administrasi akut berkali-kali. Siapa harus tukar terjemahan dengan siapa? Dan beberapa kali saya nyaris menerjemahkan naskah-naskah yang sudah diterjemahkan, baik oleh saya sendiri maupun orang lain. Belum cukup sampai di situ, Kantor mendadak dapat order buku pelajaran dari sebuah sekolah swasta. Tidak tanggung-tanggung, buku percakapan untuk SMP dan SMA, kelas 7 sampai kelas 12. Itu artinya tulisan yang harus kami hasilkan menjadi 3x lipat. Pusing pala Barbie.
Tapi saya harus tetap bersyukur dan terus berjuang. Walaupun kemudian laptop saya sempat rusak parah dan harus opname, lalu radang sendi saya juga sempat kumat sehingga boro-boro ngetik, tangan kesenggol aja sakitnya minta ampun. Dari ujung jari sampai bahu, rasanya seperti baru diinjak-injak tentara satu batalyon *lebay*
Di balik kesulitan ada kemudahan. Selalu. Dan satu per satu kejutan manis terjadi di grup Tim Indonesian Folktales:
- Maman Mantox menyatakan kesanggupan mengilustrasi 20 cerita.
- Sari Nursita ternyata menguasai web designing, sehingga bisa menemani Iwok Abqary menggulirkan website. Ini memacu semangat kami hingga adrenalin meroket. Kerja keras yang kami rajut bersama dari ujung ke ujung selama ini, mulai tampak wujud nyatanya.
- Dameria Damayanti ternyata pandai menggambar, sehingga selain dihujani naskah-naskah bahasa Inggris untuk dikoreksi, dia juga ikut mengilustrasi sambil terus menerjemahkan naskah-naskah.
- Maharani Aulia selalu berhasil meng-convert naskah-naskah yang tak terbaca sehingga dapat dicerna mata.
- Rita Agustina, rekan penulis di kantor yang pandai menggambar, mendadak menawarkan diri untuk ikut mengilustrasi pada sebuah perjalanan kerja.
- Bambang Irwanto berhasil menjaring ilustrator-ilustrator baru untuk meringankan beban Maman Mantox dan Dameria Damayanti.
karya Maman Mantox |
Saya ingin mengutip ungkapan kebahagiaan Sari Nursita: ...Puncak itu bernama Indonesian Folktales. Saya bahagia bisa mencapainya bersama-sama teman-teman semua.Tentu masih banyak puncak lainnya. Tapi untuk sekarang ini... Di batas cakrawala yang berkilau... Mari kita nikmati bersama mentari pagi ini, teman-teman.
mengharu-biru ya, Mbak. meski saya nggak merasakan seluruh kehebohan, di detik2 menjelang FBF terasa ikut ngos2an juga.
BalasHapusIyaaa, dramatis banget hihihi... Alhamdulillah bisa selesai.
HapusGelar karpet merah, tabur seribu bunga, siapkaj satu ton kuaci untuk Ibu kepala suku. Hureeeey....
BalasHapusTerima kasih untuk koabaran semangat dan kerja kerasnya, Mbak Ratih.
Semoga website ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin...
*kunyah kuaci saus kembang* Terima kasih juga untuk karpetnya, Mbak Soimah, eh salah, maksudnya Evi Masamba, maksudnya Musdalifah Pinrang, eh maksudnya Bapak kepala coto dan sop konro woyo-woyo. Aamiin untuk doanya.
HapusI love you, Sister :*
BalasHapusI love you more, dear :*
HapusSemangat yang semoga tetap terjaga yaa :)
BalasHapusAamiin YRA. Makasiiih banyak, Pak Akhmad. Doa yang sangat bermanfaat dan pas banget. Kebetulan semangat sedang terjun bebas. Semoga Allah lancarkan semua urusan Bapak.
Hapus