Selasa, 20 Oktober 2015

Indonesian Folktales: Proses Panjang yang Mendebarkan

indonesianfolktales.com
      Di awal 2015, sejak ide website ini dicetuskan oleh Benny Rhamdani dan didukung oleh Ali Muakhir, orang-orang yang ditunjuk secara terbuka di Forum Penulis Bacaan Anak terus merapatkan barisan, mengayun langkah bersama. Pertama adalah para penyeleksi naskah: Nurhayati Pujiastuti, Dian Kristiani, Bambang Irwanto, dan Iwok Abqary, lalu para editor: Veronica Widyastuti, Tethy Ezokanzo, Herlina Sitorus, Aan Diha, dan Triani Retno. Para anggota termasuk saya, berbondong-bondong mengirim naskah. Tentu saja kami berharap naskah kami diterima.
     Saya senang sekali ketika saya diminta menerjemahkan naskah saat sedang dalam penantian. Rupanya website ini akan disajikan dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Saya sangat bersemangat karena ini artinya, jika seandainya naskah saya tak lolos audisi, saya tetap akan punya ruang untuk ikut berkontribusi. Alhamdulillah naskah yang saya kirim diterima. Setelah menerima versi revisi dari Editor, saya mulai menerjemahkan naskah saya sendiri, dengan harapan bisa nyolong start sedikit demi sedikit.

    Selanjutnya berhimpunlah para admin Sunday English Fever di grup Forum Penulis Bacaan Anak yaitu Agnes Bemoe, Krismariana Widyaningsih, Maharani Aulia, Selviya Hanna, Rini Lasman, Erna Fitrini dan saya di grup tertutup. Lalu kami membagi tugas, disesuaikan dengan kesanggupan masing-masing. Berhubung kami semua punya tenggat dan keterbatasan masing-masing, setelah dipikir-pikir dan dirasakan, ternyata kami perlu bala bantuan dalam penerjemahan. Maka kami pun buka lowongan audisi penerjemah di grup Forum Penulis Bacaan Anak dan berhasil menjaring downline *halah* yaitu Sari Nursita, Diah Dwi Arti, dan Dameria Damayanti. Tantangan berikutnya timbul. Siapa yang bisa memeriksa hasil terjemahan kami nanti? Akhirnya kami sepakat untuk saling memeriksa naskah cerita yang telah diterjemahkan.  
     Man proposes, God disposes. Di bulan Februari 2015, Kantor menyuruh saya menggarap sebuah pertunjukan dalam bahasa Inggris tentang sejarah bahasa Indonesia yang akan dipentaskan di Hyatt Regency Yogyakarta di malam budaya pembukaan konferensi internasional. Sungguh, ini tugas tambahan yang membuat gundah gulana... Jangan salah, bukan saya tak cinta sastra Indonesia. Masalahnya banyaaak sekali yang harus saya persiapkan mulai dari menulis dan merevisi skenario, menyiapkan lagu, aransemen musik, membuat koreo, mencari pengisi suara, rekaman, membagi tugas pemain dan kru, merancang properti, tata letak panggung, endebre-endebre. Dan itu artinya, waktu dan perhatian saya mau tak mau tercurah ke sana. Padahal di kantor, departemen kami sedang bersiap menggulirkan tiga program baru. Itu artinya akan ada tiga seri yang sedang digodok silabusnya dan konsep bukunya. Urusan pekerjaan rutin di kantor perlahan tapi pasti mulai terpinggirkan, apalagi soal web Indonesian Folktales.
adegan penutup The Magic of G-12
     Alhamdulillah setelah berminggu-minggu berpacu dalam emosi akibat konsep yang terus menerus diubah, delapan hari di Jogja untuk latihan intensif dan melakukan persiapan lain berbuah akhir yang membahagiakan. Latihan dan persiapan lain berjalan lancar. Guru-guru, siswa-siswi dan pasukan karyawan LIA Jogja memang luar biasa! Kami sungguh tim dadakan yang sangat kompak. Kerja keras dan kenekatan kami berbuah standing ovation, dan apresiasi di luar ekspektasi. Senang? Tentu. Puas? Pasti. Tapi... sepulang dari Jogja, saya harus segera berlari mengejar ketinggalan dari teman-teman penulis di kantor. Maklumlah, saya ini penulis buku pelajaran dan tes yang bergulat dengan tenggat ketat setiap minggunya. Dan setelah dua bulan terakhir otak saya tumpah untuk operet Gurindam 12, sekarang saya harus banting setir lalu tancap gas dengan gigi lima, mengejar ketinggalan dari rekan-rekan penulis di kantor.
     Lalu apa kabar penerjemahan website cerita rakyat? Saya mengalami mabuk administrasi akut berkali-kali. Siapa harus tukar terjemahan dengan siapa? Dan beberapa kali saya nyaris menerjemahkan naskah-naskah yang sudah diterjemahkan, baik oleh saya sendiri maupun orang lain. Belum cukup sampai di situ, Kantor mendadak dapat order buku pelajaran dari sebuah sekolah swasta. Tidak tanggung-tanggung, buku percakapan untuk SMP dan SMA, kelas 7 sampai kelas 12. Itu artinya tulisan yang harus kami hasilkan menjadi 3x lipat. Pusing pala Barbie.
     Tapi saya harus tetap bersyukur dan terus berjuang. Walaupun kemudian laptop saya sempat rusak parah dan harus opname, lalu radang sendi saya juga sempat kumat sehingga boro-boro ngetik, tangan kesenggol aja sakitnya minta ampun. Dari ujung jari sampai bahu, rasanya seperti baru diinjak-injak tentara satu batalyon *lebay*
     Di balik kesulitan ada kemudahan. Selalu. Dan satu per satu kejutan manis terjadi di grup Tim Indonesian Folktales:
  • Maman Mantox menyatakan kesanggupan mengilustrasi 20 cerita.
  • Sari Nursita ternyata menguasai web designing, sehingga bisa menemani Iwok Abqary menggulirkan website. Ini memacu semangat kami hingga adrenalin meroket. Kerja keras yang kami rajut bersama dari ujung ke ujung selama ini, mulai tampak wujud nyatanya.
  • Dameria Damayanti ternyata pandai menggambar, sehingga selain dihujani naskah-naskah bahasa Inggris untuk dikoreksi, dia juga ikut mengilustrasi sambil terus menerjemahkan naskah-naskah. 
  • Maharani Aulia selalu berhasil meng-convert naskah-naskah yang tak terbaca sehingga dapat dicerna mata. 
  • Rita Agustina, rekan penulis di kantor yang pandai menggambar, mendadak menawarkan diri untuk ikut mengilustrasi pada sebuah perjalanan kerja.
  • karya Maman Mantox
  • Bambang Irwanto berhasil menjaring ilustrator-ilustrator baru untuk meringankan beban Maman Mantox dan Dameria Damayanti.
     Maka setelah menjalani hari-hari dengan hati yang sesak oleh rasa bersalah dan waswas, akhirnya saya berhasil menyerahkan terjemahan dan koreksi terakhir saya ke Tim. Selesailah website ini! Akhirnya Indonesian Folktales berhasil diluncurkan di hari kedua Frankfurt Book Fair. Walaupun agak terlambat dan belum semua ilustrasinya selesai dikerjakan, tetap saja kami bahagia. Tim yang hebat!

     Saya ingin mengutip ungkapan kebahagiaan Sari Nursita...Puncak itu bernama Indonesian Folktales. Saya bahagia bisa mencapainya bersama-sama teman-teman semua.Tentu masih banyak puncak lainnya. Tapi untuk sekarang ini... Di batas cakrawala yang berkilau... Mari kita nikmati bersama mentari pagi ini, teman-teman.





8 komentar:

  1. mengharu-biru ya, Mbak. meski saya nggak merasakan seluruh kehebohan, di detik2 menjelang FBF terasa ikut ngos2an juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, dramatis banget hihihi... Alhamdulillah bisa selesai.

      Hapus
  2. Gelar karpet merah, tabur seribu bunga, siapkaj satu ton kuaci untuk Ibu kepala suku. Hureeeey....
    Terima kasih untuk koabaran semangat dan kerja kerasnya, Mbak Ratih.
    Semoga website ini bermanfaat bagi kita semua.
    Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. *kunyah kuaci saus kembang* Terima kasih juga untuk karpetnya, Mbak Soimah, eh salah, maksudnya Evi Masamba, maksudnya Musdalifah Pinrang, eh maksudnya Bapak kepala coto dan sop konro woyo-woyo. Aamiin untuk doanya.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Aamiin YRA. Makasiiih banyak, Pak Akhmad. Doa yang sangat bermanfaat dan pas banget. Kebetulan semangat sedang terjun bebas. Semoga Allah lancarkan semua urusan Bapak.

      Hapus