Jumat, 13 Februari 2009

PING PONG SEMRIWING

Salah satu hal yang selalu membuat saya rindu pada LIA Pramuka adalah kegiatan bermain ping pong. Dulu, ketika saya masih pengajar paruh waktu yang memiliki kebebasan mengatur hidup dengan lebih leluasa, tiap Jumat pagi saya bermain ping pong. Yang saya katakan bermain ping pong di sini bukan asal tepak, tapi sungguh-sungguh bermain. Walhasil, sesudahnya baju basah kuyup dan adegan berikutnya adalah mandi, lalu melakukan sedikit pekerjaan administrasi atau menemui siswa-siswa yang datang untuk mengkonsultasikan tulisan, lalu sholat dzuhur, makan, dan mengajar.

Lawan main saya beragam, mulai dari rekan guru, OB, janitor, satpam, dll. Acara ini mempererat silaturahmi, hingga kami saling memanggil nama, tidak peduli perbedaan status. Tapi lawan main yang paling berkesan tentu saja Ibu Yudi, rekan guru yang sudah lumayan senior, arek Malang, atlet sejati.

Perjumpaan kami yang pertama di meja ping pong meninggalkan kenangan yang selalu memancing senyum. Kami bermain dan terus bermain hingga lewat waktu tiga jam. Pukul sebelas kami sepakat menghentikan permainan karena harus kembali ke 'kehidupan nyata'. Saya yang sudah well-equipped tidak menghadapi masalah apa pun. Malang bagi Ibu Yudi, underwear-nya basah sehingga ia harus menanggalkannya. Agar tidak menimbulkan pemandangan yang terlarang, saya sarankan beliau untuk menempelkan lakban di tempat-tempat yang perlu. Dan dengan pasrah dia menurut...

Beberapa menit sebelum masuk kelas, kami berpapasan di koridor. Seraya mengangakat alis penuh arti, kutanyai dia, "Yok opo?"

"Semriwiiiiiing," selorohnya dengan seringai nakal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar