Di antara serpihan yang terserak, keping cemerlang itu berpendar
Melesat, menghampiri, lalu menyesaki benak
Menyapu setiap sudut dalam perjalanan ke masa silam
Memunguti sisa-sisa mimpi yang tercecer
Memburamkan pandangan
Memutar kembali peristiwa lalu yang tak henti berkelebat
Menghirup sepenuh haru aroma manis yang pernah melenakan
Mencecap setiap rasa yang datang silih berganti
Meraba jejak-jejak perjalanan yang bertebaran di sana-sini
Merutuki diri untuk bodohnya satu dusta yang dulu terucap
Dusta atas nama ketidakpercayaan pada luasnya kemungkinan
Dusta yang meluluhlantakkan sebuah harga diri, kepercayaan, harapan
Dan makna
Maka ruang dan waktu harus terentang
Begitu lebar, panjang, melelahkan dan menyesakkan
Hingga langkah sempat limbung dan akal sehat terombang-ambing
Perih menusuk laksana duri menancapi otak
Tapi mengapa sesal itu terus saja menghunjam,
setelah maaf diberikan tulus dalam genggam?
Angkat dagu!
Ini saatnya mengemas kenangan
Karena sekarang semua telah mendarat di tempat yang seharusnya
Beranjak
Dan melanjutkan perjalanan
Lalu menatap keping yang sama
Dengan rasa yang baru dari hati yang lapang
Sekuat baja
Semurni emas